ISOLASI MIKROBA

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya  (Nur, I. dan Asnani, 2007).

Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatubiakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati  (Afrianto, 2004).

Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies  (Dwidjoseputro, 2005).

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikrobayaitu antara lain :

  1.  Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi
  2.  Tempat hidup atau asal mikroba tersebut
  3. Medium pertumbuhan yang sesuai
  4. Cara menginokulasi mikroba;e) cara menginkubasi mikroba
  5. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dansesuai dengan yang dimaksud
  6. Cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.

Metode Isolasi

Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni yaitu :

1.  Metode cawan gores

     Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.

2.  Metode cawan tuang

     Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan ( ±50­­ oC ) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.

3. Teknik Sebar (spread plate)

Teknik isolasi dan mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media yang akan digunakan (Trianda, 2011).

4.      Teknik Pengenceran (dilution method)

Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel (Trianda, 2011)

5. Teknik Micromanipulator

Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam mikro manupulator, kemudian ditempatkan dalam mikromanupulator. Kemudian ditempatkan dalam medium encer untuk dibiakkan ( Trianda, 2011).

            Menurut Admin (2008), terdapat berbagai cara untuk mengisolasi mikroba yakni :

1)      Isolasi pada cawan

Prinsip pada metode isolasi pada cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada cawan, yaitu :  metode gaores kuadran dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadran , bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari setiap sel. Metoe agar tuang berbeda dengan metoe gores kuadran, cawan tunag menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan, pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan atau di dalam cawan.

2)      Isolasi pada medium cair

Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengencaran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar .

3)      Isolasi sel tunggal

Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar  yang tiak dapat diisolasi dengan metode agar cawan atau medium cair, sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan pembesaran sekitar 100 X, kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator yang dilakukan secara aseptik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://disachem.blogspot.com/2012/04/laporan-mikrobiologi-teknik-isolasi.html

(diakses pada tanggal 12 Desember 2012)

http://www.scribd.com/doc/43096211/isolasi-mikroba

(diakses pada tanggal 12 Desember 2012)

http://maskiahbiologi09.blogspot.com/2012/05/teknik-isolasi-mikroba.html

(diakses pada tanggal 12 Desember 2012)

 

laju pengosongan lambung

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1. LATAR BELAKANG

Ikan mempunyai pola tertentu dalam kegiatan makannya. Kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan dan kandungan  energinya. Sedangkan jumlah pemberian pakan selain dipengaruhi oleh kandungan energi, juga dipengaruhi kapasitas saluran pencernaan ikan.  Ikan akan mengambil pakan dengan pola dan jumlah yang sesuai dengan kebiasaan dan kapasitasnya.

Informasi mengenai pola konsumsi suatu  jenis ikan sangat diperlukan dengan tujuan  untuk  meningkatkan  keefektifan  dan  keefisienan  pemanfaatan  pakan. Pola makan ikan dipengaruhi oleh : suhu, jenis pakan, ukuran pakan, dan berat badan ikan.Setelah ikan mengkonsumsi  pakan, akan ada jeda waktu untuk penurunan isi kandungan perut.

 

1.2.TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui pola makan ikan Nila melalui pengukuran “Gastric Evacuation Rate”.

 

1.3.MANFAAT PRAKTIKUM

Manfaat dari praktikum ini adalah kita bisa mengetahui pola makan ikan Nila untuk diterapkan dalam pemeliharaan ikan (budidaya).

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1. IKAN NILA

 

Ikan atau bahasa ilmiahnya adalah picses secara umum adalah termasuk hewan bertulang belakang (vertebrata). Ikan adalah hewan berdarah dingin (polikilotermis) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Suhu tubuhnya selalu mengikuti suhu lingkungannya sehingga suhu badannya turun naik bersama-sama denganturun naiknya suhu sekitarnya. Ikan berkembang biak dengan cara bertelur. Ikan betina mengeluarkan telurnya ke dalam air, demikian pula ikan jantan mengeluarkan spermanya ke dalam air, sehingga pembuahan terjadi di luar tubuh induknya. Pembuahan yang terjadi di luar tubuhinduknya disebut pembuahan eksternal 

Berdasarkan tulangnya ikan dibagi dalam dua kelompok yaitu :

  1. Ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes)

Contohnya: Ikan Hiu dan Ikan Pari

  1. Ikan bertulang sejati (kelas Osteichthyes)

Contohnya: Ikan Mas, Ikan Mujair, Ikan Kakap, Ikan Bandeng,dan Ikan Tawes.

 

Ikan nila merupakan jenis  ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan diwilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik.

 

 

 

Klafikasi Ikan Nila adalah sebagai berikut:

Kerajaan          : Animalia

Filum               : Chordata

Kelas               : Osteichtyes

Ordo                :Perciformes
Famili              : Cichlidae

Genus              : Oreochromis

Spesies            : Oreochromis niloticus

 

2.2. MORFOLOGI

 

Dalam mengidentifikasi ikan Nila dapat melihat dari tipe morfologi tubuh . Morfologi adalah bagian-bagian dari tubuh ikan. Morfologi meliputi tipe tubuh, bentuk dan letak mulut, sirip caudal, dan alat bantu pernafasan. Ikan Nila memliki cirri morfologi sebagai berikut :

  1. Bentuk badan pipih kesamping memanjang
  2. Tipe mulut biasa dan letak dari mulut ikan mas ini terminal, terletak di tengah anterior kepala
  3. Sirip caudalnya homocercal
  4. Mempunyai garis vertikal sepanjang tubuh 9-11 buah
  5. Garis-garis pada sirip ekor berwana merah sejumlah 6-12 buah
  6. Pada sirip pungung terdapat garis-garis miring
  7. Mata tampak menonjol dan besar, tepi mata berwarna putih

 

2.3. PENCERNAAN MAKANAN

 

Pencernaan adalah suatu proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme fisik dan kimiawi sehingga menjadi bahan yang mudah diserap dan disebarka ke seluruh tubuh melalui system peredaran darah. Dalam proses pencernaan,organ pencernaan bukan hanya berperan sebagai alat kerja mekanik, tetapi juga sebagai pnghasil cairan yang berfungsi sebagai katalisator dalam pencernaan.bila diurut secara berurutan dari awal makanan masuk ke mulut sampai ke proses pencernaan dan selanjutnya sisa makanan yang tidak dicerna dibuang dalam bentuk feses melalui anus, maka organ yang berperan dalam pencernaan, yaitu:

 

 

Gambar 1. Sistem pencernaan ikan

 

  1. Mulut

Organ pertama yang langsung berhubungan dengan makanan adalah mulut. Letak mulut satu spesies ikan dapat berbeda-beda dengan spesies lainnya. Tipe mulut dengan letak mulut bagian ujung depan kepala dinamakan tipe terminal. Letak mulut yang letaknya dibagian atas adalah tipe superior. Tipe ini mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar perairan. Letak mulut dibagian bawah adalah tipe inferior, mencari makanan pada dasar perairan.

  1. Tekak

Tekak terletak diantara mulut bagian belakang dan insang bagian belakang. Pada sisi kiri dan kanan tekak terdapat insang. Pada dinding atas dan bawah tekak biasanya terdapat gigi tekak.

  1. Insang

Insang terletak dibelakang rongga mulut. Umumnya terdapat empat pasang lengkung insang pada ikan bertulang sejati, dan lima samapi tujuh pasang lengkung insang pada Chondrichthyes.

  1. Kerongkongan

Dibelakang tekak terdapat kerongkongan, yang memanjang kearah posterior berbatasan dengan lambung. Kerongkongan merupakan saluran yang pendek dengan penampang yang bundar. Organ ini sangat elastic, sehingga mempunyai kemampuan untuk menggembung.

  1. Lambung

Lambung terletak diantara kerongkongan dan pilorik dengan bentuk yang bermacam-macam, antara lain bentuk tabung, lengkung, kantung, huruf U, dan huruf V. Fungsi utama lambung adalah menerima dan menampung makanan serta sebagai tempat pencernaan makanan. Tidak semua jenis ikan memiliki lambung, Cyprinidae dan Scaridae kelompok ikan yang tidak memiliki lambung.

  1. Pilorik

Diantara lambung dan usus terdapat pilorik, yang merupakan penyempitan saluran pencernaan. Pada bagian ini terdapat penebalan lapisan otot licin melingkar. Pilorik berfungsi mengatur pengeluaran makanan dari lambung dan masuk ke usus.

  1. Usus

Usus berada diantara pilorik dan rectum. Usus memiliki beberapa lapisan yakni lapisan mukosa, submukosa, muskulus, dan serosa. Fungsi usus adalah sebagai organ untuk mencerna makanan dan tempat penyerapan makanan.

  1. Rektum dan Anus

Dibagian belakang usus terdapat segmen rectum. Rectum ini terletak di antara katup rectum dan anus. Katup rectum merupakan penyempitan saluran pencernaan akibat penebalan otot licin melingkar, mengatur pengeluaran makanan yang tidak dicerna dari bagian usus ke bagian rectum. Fungsi utama rectum adalah menyerap air dan mineral, dan memproduksi lendir untuk mempermudah pengeluaran makanan tak tercerna.

 

Adapun organ penghasil kelenjar pencernaan, yakni :

  1. Hati

Hati adalah salah satu kelenjar pencernaan. Umumnya terletak di depan lambung di bawah kerongkongan memanjang sampai di belakang usus depan. Fungsi hati termasuk sekresi empedu dan menyimpan glikogen.

  1. Kantung Empedu

Kantung empedu berupa kantung tipis yang berisikan empedu. Letaknya menempel di bawah hati. Empedu mengandung pigmen empedu (biliverdin dana bilirubin) yang berasal dari perombakan sel darah dan haemoglobin.

  1. Pankreas

Pankreas merupakan organ yang berperan penting dalam proses pencernaan. Pancreas menghasilkan enzim pencernaan yakni protease (tripsin) dan karbohidrase (amilase dan lipase).

 

2.4. LAJU PENGOSONGAN LAMBUNG

 

Laju pengosongan lambung dapat didefinisikan sebagai laju dari sejumlah pakan yang bergerak melwati saluran pencernaan per-satuan waktu tertentu, yang dinyatakan sebagai g/jam atau mg/menit. Faktor- faktor yang mempengaruhi laju pengosongan lambung menurut Arispurnomo (2010) antara lain adalah sebagai berikut :

  1. 1.      Pompa Pilorus dan Gelombang Peristaltik

Pada dasarnya, pengosongan lambung dipermudah oleh gelombang peristaltik pada antrum lambung, dan dihambat oleh resistensi pilorus terhadap jalan makanan. Dalam keadaan normal pilorus hampir tetap, tetapi tidak menutup dengan sempurna, karena adanya kontraksi tonik ringan. Tekanan sekitar 5 cm, air dalam keadaan normal terdapat pada lumen pilorus akibat pyloric sphincter. Ini merupakan penutup yang sangat lemah, tetapi, walaupun demikian biasanya cukup besar untuk mencegah aliran chyme ke duodenum kecuali bila terdapat gelombang peristaltik antrum yang mendorongnya.

Gelombang peristaltik pada antrum, bila aktif, secara khas terjadi hampir pasti tiga kali per menit, menjadi sangat kuat dekat insisura angularis, dan berjalan ke antrum, kemudian ke pilorus dan akhirnya ke duodenum. Ketika gelombang berjalan ke depan, pyloric sphincter dan bagian proksimal duodenum dihambat, yang merupakan relaksasi reseptif. Pada setiap gelombang peristaltik, beberapa millimeter chyme didorong masuk ke duodenum.

Derajat aktivitas pompa pilorus diatur oleh sinyal dari lambung sendiri dan juga oleh sinyal dari duodenum. Sinyal dari lambung adalah derajat peregangan lambung oleh makanan, dan adanya hormon gastrin yang dikeluarkan dari antrum lambung akibat respon regangan. Kedua sinyal tersebut mempunyai efek positif meningkatkan daya pompa pilorus dan karena itu mempermudah pengosongan lambung. Sebaliknya, sinyal dari duodenum menekan aktivitas pompa pilorus. Pada umumnya, bila volume chyme berlebihan atau chyme tertentu berlebihan telah masuk duodenum. Sinyal umpan balik negatif yang kuat, baik syaraf maupun hormonal dihantarkan ke lambung untuk menekan pompa pilorus. Jadi, mekanisme ini memungkinkan chyme masuk ke duodenum hanya secepat ia dapat diproses oleh usus halus.

 

2. Volume Makanan

Volume makanan dalam lambung yang bertambah dapat meningkatkan pengosongan dari lambung. Tekanan yang meningkat dalam lambung bukan penyebab peningkatan pengosongan karena pada batas-batas volume normal, peningkatan volume tidak menambah peningkatan tekanan dengan bermakna,. Sebagai gantinya, peregangan dinding lambung menimbulkan refleks mienterik lokal dan refleks vagus pada dinding lambung yang meningkatkan aktivitas pompa pilorus. Pada umumnya, kecepatan pengosongan makanan dari lambung kira-kira sebanding dengan akar kuadrat volume makanan yang tertinggal dalam lambung pada waktu tertentu.

 

3. Hormon Gastrin

Peregangan serta adanya jenis makanan tertentu dalam lambung menimbulkan dikeluarkannya hormon gastrin dari bagian mukosa antrum. Hormon ini mempunyai efek yang kuat menyebabkan sekresi getah lambung yang sangat asam oleh bagian fundus lambung. Akan tetapi, gastrin juga mempunyai efek perangsangan yang kuat pada fungsi motorik lambung. Yang paling penting, gastrin meningkatkan aktivitas pompa pilorus sedangkan pada saat yang sama melepaskan pilorus itu sendiri. Jadi, gastrin kuat pengaruhnya dalam mempermudah pengosongan lambung. Gastrin mempunyai efek konstriktor pada ujung bawah esofagus untuk mencegah refluks isi lambung ke dalam esofagus selama peningkatan aktivitas lambung.

 

4. Refleks Enterogastrik

Sinyal syaraf yang dihantarkan dari duodenum kembali ke lambung setiap saat, khususnya bila lambung mengosongkan makanan ke duodenum. Sinyal ini mungkin memegang peranan paling penting dalam menentukan derajat aktivitas pompa pilorus, oleh karena itu, juga menentukan kecepatan pengosongan lambung. Refleks syaraf terutama dihantarkan melalui serabut syaraf aferen dalam nervus vagus ke batang otak dan kemudian kembali melalui serabut syaraf eferen ke lambung, juga melalui nervus vagus. Akan tetapi, sebagian sinyal mungkin dihantarkan langsung melalui pleksus mienterikus. Refleks enterogastrik khususnya peka terhadap adanya zat pengiritasi dan asam dalam chyme duodenum. Misalnya, setiap saat dimana pH chyme dalam duodenum turun di bawah kira-kira 3.5 sampai 4, refleks enterogastrik segera dibentuk, yang menghambat pompa pilorus dan mengurangi atau menghambat pengeluaran lebih lanjut isi lambung yang asam ke dalam duodenum sampai chyme duodenum dapat dinetralkan oleh sekret pankreas dan sekret lainnya. Hasil pemecahan pencernaan protein juga akan menimbulkan refleks ini, dengan memperlambat kecepatan pengosongan lambung, cukup waktu untuk pencernaan protein pada usus halus bagian atas. Cairan hipotonik atau hipertonik (khususnya hipertonik) juga akan menimbulkan refleks enterogastrik. Efek ini mencegah pengaliran cairan nonisotonik terlalu cepat ke dalam usus halus, karena dapat mencegah perubahan keseimbangan elektrolit yang cepat dari cairan tubuh selama absorpsi isi usus.

 

5. Umpan Balik Hormonal dari Duodenum – Peranan Lemak

Bila makanan berlemak, khususnya asam-asam lemak, terdapat dalam chyme yang masuk ke dalam duodenum akan menekan aktivitas pompa pilorus dan pada akhirnya akan menghambat pengosongan lambung. Hal ini memegang peranan penting memungkinkan pencernaan lemak yang lambat sebelum akhirnya masuk ke dalam usus yang lebih distal. Walaupun demikian, mekanisme yang tepat dimana lemak menyebabkan efek mengurangi pengosongan lambung tidak diketahui secara keseluruhan. Sebagian besar efek tetap terjadi meskipun refleks enterogastrik telah dihambat. Diduga efek ini akibat dari beberapa mekanisme umpan balik hormonal yang ditimbulkan oleh adanya lemak dalam duodenum.

 

6. Kontraksi Pyloric Sphincter

Biasanya, derajat kontraksi pyloric sphincter tidak sangat besar, dan kontraksi yang terjadi biasanya dihambat waktu gelombang peristaltik pompa pilorus mencapai pilorus. Akan tetapi, banyak faktor duodenum yang sama, yang menghambat kontraksi lambung, dapat secara serentak meningkatkan derajat kontraksi dari pyloric sphincter. Faktor ini menghambat atau mengurangi pengosongan lambung, dan oleh karena itu menambah proses pengaturan pengosongan lambung. Misalnya, adanya asam yang berlebihan atau iritasi yang berlebihan dalam bulbus duodeni menimbulkan kontraksi pilorus derajat sedang.

 

7. Keenceran Chyme

Semakin encer chyme pada lambung maka semakin mudah untuk dikosongkan. Oleh karena itu, cairan murni yang dimakan, dalam lambung dengan cepat masuk ke dalam duodenum, sedangkan makanan yang lebih padat harus menunggu dicampur dengan sekret lambung serta zat padat mulai diencerkan oleh proses pencernaan lambung. Selain itu pengosongan lambung juga dipengaruhi olehpemotongan nervus vagus dapat memperlambat pengosongan lambung, vagotomi menyebabkan peregangan lambung yang relatif hebat, keadaan emosi, kegembiraan dapat mempercepat pengosongan lambung dan sebaliknya ketakutan dapat memperlambat pengosongan lambung.

Pengamatan Laju Pengosongan Lambung menggunakan prinsip bahwa lambung yang pada awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong kembali karena adanya proses pengangkutan makanan menuju usus untuk diserap oleh tubuh. Lama waktu yang digunakan untuk mengosongkan lambung ini dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor lingkungan. Untuk menentukan nilai ISC dapat diperoleh dari rumus “volume materi lambung : volume lambung x 100%”. Dari data diatas dapat kita lihat bahwa nilai ISC terbesar ada pada pengamatan jam ke-4 yakni sebesar 15.29%. Tingginya nilai ISC ini dipengaruhi oleh tingginya nilai volume materi lambung yakni sebesar 0.26 ml. Hal ini diakibatkan pada jam ke-4, ikan mulai lahap memakan pakan yang disediakan setelah sebelumnya terjadi proses pengadaptasian setelah ikan mengalami perlakuan pemuasaan selama 24 jam. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ISC secara langsung adalah volume materi lambung serta volume maksimal lambung. Sedangkan kedua faktor tadi dipengaruhi oleh jenis pakan, faktor lingkungan seperti suhu, pH, tingkat kekeruhan, tingkat DO dll, dan juga tingkat stress ikan yang sebelumnya dipuasakan selama 24 jam.

Setiap ikan memiliki bentuk dan ukuran lambung yang berbeda-beda. Derajat kepenuhan lambung pada ikan akan berbeda, tergantung dari berat, panjang dan bentuk lambung. Dengan bertambahnya ukuran ikan, besar ukuran makanannya juga bertambah, jadi semakin besar derajat kepenuhan lambung maka semakin besar kepenuhan lambung ikan dalam satu kali makan. Volume material lambung yaitu jumlah isi material yang berada pada lambung pada waktu tertentu. Sedangkan volume total lambung yaitu jumlah kapasitas total lambung.
Derajat kepenuhan lambung dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kepenuhan lambung, yaitu berat dan ukuran tubuh yang berbeda, perbedaan jenis ikan, ukuran dan bentuk lambung, keadaan tubuh ikan, dan perbedaan habitat ikan. Faktor-faktor ini dipengaruhi oleh kebiasaan makanan (affandi, 2002). Kebiasaan makanan ikan berhubungan dengan bentuk, posisi mulut, gerigi dalam rahang, dan kesesuaian tapis insang. Makanan yang tersedia di alam dimanfaatkan oleh ikan, pemanfaatan ini dapat diketahui dengan mengambil contoh makanan yang ada pada lambungnya dan dilengkapi dengan daftar pakan harian yang diambil ikan dalam berbagai umur dan ukuran (Affandi, 2002). Laju pengosongan lambung dapat dijadikan indikator tentang dasar penentuan frekuensi pemberian pakan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

BAHAN DAN METODE

 

3.1. WAKTU DAN TEMPAT

 

Hari                        : Senin

Tanggal       : 29 Oktober 2012

Jam             : 10.00 – 12.00 WIB

Tempat       : Labolatorium Fisiologi Hewan Air FPIK UNPAD

 

3.2. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

 

3.2.1 ALAT

  1. Cawan petri
  2. Gunting
  3. Penggaris
  4. Penusuk
  5. Pisau
  6. Pinset
  7. Timbangan Teknis
  8. Timbangan Analitik

 

3.2.2. BAHAN

  1. Kertas Lakmus
  2. Ikan Nila

3.3. PROSEDUR KERJA

  1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum
  2. Ambil ikan yang akan dibedah untuk praktikum, pegang dan kemudian tusuk di bagian otsk dpan, putar penusuk perlahan-lahan sampai ikan mati
  3. Timbang bobot ikan Nila dengan timbangan teknis lalu catat
  4. Bedah ikan dengan gunting, potong dari bagian anus keatas menuju ke opercullum sampai saluran pencernaannya terbuka
  5. Potong usus di bagian depan dekat opercullum dan di bagian belakang dekat anus, pada saat keluar cairan dari usus letakkan kertas lakmus pada cairan tersebut. Tunggu beberapa saat kemudian lihat dan catat masing-masing pH-nya
  6. Keluarkan usus dari perut ikan lalu ukur panjangnya dan catat
  7. Timbang berat usus dengan timbangan analitik lalu catat
  8. Keluarkan lambung dari perut ikan kemudian timbang beratnya dengan timbangan analitik dan catat
  9. Keluarkan isi usus dan isi lambung pada cawan petri, kemudian timbang bobotnya dengan timbangan analitik yang cawan nya sudah di nol kan
  10. Bersihkan dan rpikan alat dan bahan yang telah digunakan setelah praktiikum selesai

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL

 

Hasil pengamatan kelompok 15 dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Kel

Bobot Ikan (gram)

Berat Usus (gram)

Panjang Usus (cm)

Berat Lambung (gram)

Berat isi keseluruhan (gram)

pH Lambung-Usus

pH Usus-Anus

15

79,61

3,15

98

5,80

6,25

5,4

6,2

Keterangan      : Suhu air         : 27oC

                         Jenis pakan     : pelet

Tabel 1. Hasil pengamatan (data kelompok 15)

 

Hasil pengamatan kelompok 1-18 dalam tabel sebagai berikut :

Kel

Bobot Ikan (gram)

Berat Usus (gram)

Panjang Usus (cm)

Berat Lambung (gram)

Berat isi keseluruhan (gram)

pH Lambung-Usus

pH Usus-Anus

1

115

5,0

72

9,0

8,0

5,8

7,0

2

122

3,0

49

4,0

3,0

5,4

6,2

3

55

4,0

97

2,0

4,0

<5,4

5,4

4

56

0,5

79

4,0

5,5

5,4

5,8

5

37

3,0

105

2,0

3,0

5,2

6,8

6

100

4

66

7

6

6,2

5,8

7

67

1,0

1,0

4,0

2,0

6,0

5,4

8

79

2,0

112

6,0

6,0

6,4

6,7

9

90

2

110

5

7

5,4

6,2

10

63,1

2,54

64,5

4,53

5,68

6,2

7,0

11

96,62

4,57

108

7,26

10,15

5,8

6,2

12

77,16

4,27

77

2,6

2,8

5,8

7,6

13

69,22

2,6

89

4,89

21,97

5,8

6,5

14

73,31

1,36

76,4

0,84

0,97

5,8

6,8

15

79,61

3,15

98

5,80

6,25

5,4

6,2

16

64,72

1,38

79

4,22

4,53

5,8

6,8

17

76,52

2,11

105

0,55

1,06

5,4

6,2

18

85,56

2,98

76,4

4,87

5,82

5,8

6,2

Tabel 2. Hasil pengamatan (data kelompok 1-18)

Keterangan      : Suhu air         : 24oC

                         Jenis pakan     : pelet

 

Hasil Pengamatan kelompok 19-26 dalam tabel sebagai berikut :

Kel

Bobot Ikan (gram)

Berat Saluran Pencernaan Ikan (gram)

Berat isi keseluruhan (gram)

pH Lambung-Usus

pH Usus-Anus

19

65,5

6,15

5,75

5,4

5,8

20

128,5

13,0

9,0

5,4

5,8

21

76,2

9,0

9,0

5,4

6,7

22

114,1

12,8

7,5

5,4

5,8

23

116

10,0

8,0

5,4

5,8

24

74

8,0

6,0

5,4

6,5

25

78

9,0

6,0

5,8

6,2

26

173

10,0

7,0

5,4

6,2

Tabel 3. Hasil pengamatan (data kelompok 19-26)

Keterangan      : Suhu air         : 24oC

                         Jenis pakan     : pelet

 

Data hasil perhitungan laju pengosongan lambung dengan metode regresi linier:

 

 

t=X

At

Y=Ln At

XY

0

14,8046

2,695

0

0

4

12,0477

2,4864

9,9456

16

8

9,9282

2,2954

18,3632

64

12

7,1865

1,9722

23,6664

144

16

5,5078

1,7062

27,2992

256

20

4,2403

1,4446

28,892

400

24

1,6772

0,5171

12,4104

576

Σ

84

 

13,1169

120,5768

1456

Rata-rata Σ

12

 

1,8738

 

 

 

Tabel 4. Perhitungan Laju Pengosongan Lambung

 

At = Ao.ekp (-kt)——- Ln At=Ln Ao-kt

Y  = a – b . X           

 

 

 

 

 

b = -0,082

 

k = -b

k = -(-0,082)

k = 0,082

 

a = Ŷ+bX

a = 1,8738 + (-0,082) (12)

a = 0,8898

 

Ao = Exp (a)

Ao = Exp(0,8898)

Ao = 2,4346

 

t = ln 3/ k

t = ln 3/0,082

t = 13,398

 

k.t = (0,082) (13.398)

k.t = 1,099

 

D = Ao (1- Exp(-kt))x 24/t

D = 2,4346 (1-0,333)x 24/13,398

D = 2,4346 (0,667)x(1,7913)

D = 2,91

 

Perl.

Suhu oC

Ao %bobot

K %bb/jam

t=ln3/k jam

k.t

Exp (-kt)

24/t

D %bb/hari

B 1

24,9

2,4346

0,082

13,398

1,099

0,333

1.7913

16,86

 

Tabel 5. Data hasil perhitungan laju pengosongan lambung

 

4.2. PEMBAHASAN

Lambung yang pada awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong kembali karena adanya proses pengangkutan makanan menuju usus untuk diserap oleh tubuh. Lama waktu yang digunakan untuk mengosongkan lambung ini dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor lingkungan.

Pada praktikum ini dilakukan perhitungan laju pengosongan lambung untuk mengetahui kerja proses pencernaan. Laju pengosongan lambung dipengaruhi oleh aktivitas daya pompa pylorus yang diataur oleh sinyal lambung pada ikan yang kemudian mengeluarkan hormone gastrin dari antrum lambung. Volume makanan yang bertambah dapat meningkatkan pengosongan dari lambung.  Pada umumnya, kecepatan pengosongan makanan dari lambung kira-kira sebanding dengan akar kuadrat volume makanan yang tertinggal dalam lambung pada waktu tertentu.

Pada praktikum ini akan diukur isi lambung dan usus dari ikan yang telah diberi pakan pellet. Setelah dihitung isi lambung dan usus dari tiap kelompok ternyata didapatkan hasil yang berbeda-beda setiap ikan. Hal ini disebabkan oleh bentuk dan ukuran lambung yang berbeda-beda. Derajat kepenuhan lambung pun pada ikan akan berbeda, tergantung dari berat, panjang dan bentuk lambung. Dengan bertambahnya ukuran ikan, besar ukuran makanannya juga bertambah, jadi semakin besar derajat kepenuhan lambung maka semakin besar kepenuhan lambung ikan dalam satu kali makan.

Pada kelompok kami yaitu kelompok 15 didapat hasil isi lambung sebesar 5,80 gram,isi usus 0,45 gram, pH lambung-usus 5,4 dan pH usus-anus 6,2. Ternyata pH lambung-usus lebih bersifat asam ini disebabkan oleh hormon gastrin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

 

5.1. SIMPULAN

 

       Setiap ikan memiliki pola makan dan kebutuhan nutrisi yang berbeda. Ada banyak hal yang mempengaruhi sistem pencernaan pada ikan dan laju pengosongan lambungnya. Diantaranya adalah umur ikan, bobot atau berat badan ikan, aktivitas ikan dan pakan yang diberikan. Hal-hal tersebut mempengaruhi pola makan dan laju pengosongan lambungnya.

       Ukuran lambung dan kemampuan menampung makanan berbeda pada setiap jenis ikan, semakin besar ukuran ikan maka semakin besar pula ukuran lambung nya. Dengan demikian, ikan bisa mencerna lebih banyak makanan.

       Hasil pengamatan kelompok kami adalah bobot ikan yaitu 79,61 gram, panjang usus nya 98 cm, berat usus 3,15 gram, berat lambung 5,80 gram, dan berat isi keseluruhan adalah 6,25 gram. Sedangkan pH lambung-usus nya 5,4 dan pH usus anus nya adalah 6,2.

 

5.2. SARAN

 

            Saran yang bisa disampaikan pada praktikum kali ini adalah, ketika melaksanakan praktikum, kita harus benar-benar teliti dalam membedah dan membuka sistem pencernaan ikan agar organ-organ yang berada di dalamnya tetap utuh dan tidak ada yang rusak. Juga keika mematikan ikan dengan penusuk harus pada bagian yang tepat, karena ketika mematikan ikan sering kali terjadi kesalahan sehingga ikan yang ditusuk tidak langsung mati sepenuhnya. Kebersihan di labolatorium juga harus tetap dijaga dengan cara mencuci dan merapikan peralatan yang telah digunakan untuk praktikum.

 

DAFTAR ACUAN

 

Rahardjo, M.F. dkk. 2011. IKHTIOLOGI. Bandung: Lubuk Agung

Affandi, Ridwan dan Tang, Usman Muhammad. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekan baru. Universitas Riau Press.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

nilai hematokrit ikan mas

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1. LATAR BELAKANG

Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran nilai hematokrit secara manual ada dua, yaitu makrohematokrit dan mikrohematokrit.

Pada praktikum kali ini pengukuran nilai hematokrit secara manual dengan menggunakan metode mikrohematokrit. Metode hematokrit ini dilakukan dengan cara sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Untuk mengetahui tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %.

 

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk bisa menghitung nilai hematokrit dari ikan mas.

 

1.3. MANFAAT PRAKTIKUM

Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat menghitung nilai hematrokrit pada ikan Mas dengan cara sentrifugasi. 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1. IKAN

Ikan atau bahasa ilmiahnya adalah picses secara umum adalah termasuk hewan bertulang belakang (vertebrata). Ikan adalah hewan berdarah dingin (polikilotermis) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Suhu tubuhnya selalu mengikuti suhu lingkungannya sehingga suhu badannya turun naik bersama-sama denganturun naiknya suhu sekitarnya. Ikan berkembang biak dengan cara bertelur. Ikan betina mengeluarkan telurnya ke dalam air, demikian pula ikan jantan mengeluarkan spermanya ke dalam air, sehingga pembuahanterjadi di luar tubuh induknya. Pembuahan yang terjadi di luar tubuhinduknya disebut pembuahan eksternal 

Berdasarkan tulangnya ikan dibagi dalam dua kelompok yaitu :

  1. Ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes)

Contohnya: Ikan Hiu dan Ikan Pari

  1. Ikan bertulang sejati (kelasOsteichthyes)

Contohnya: Ikan Mas, Ikan Mujair, Ikan Kakap, Ikan Bandeng,dan Ikan Tawes.

Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia.

2.2. KLASIFIKASI

Klasifikasi ikan Mas :

Kelas      : Animalia

Filum      : Chordata

Kelas      : Actinopterygii

Ordo       : Cypriniformes

Famili     : Cyprinidae

Genus     : Cyprinus

Spesies   : Cyprinus carpio

 

2.3.MORFOLOGI

Dalam mengidentifikasi ikan mas dapat melihat dari tipe morfologi tubuh . Morfologi adalah bagian-bagian dari tubuh ikan. Morfologi meliputi tipe tubuh, bentuk dan letak mulut, sirip caudal, dan alat bantu pernafasan. Pada ikan mas ini memiliki bentuk tubuh yang tertekan kesamping (compressed). Bentuk mulut pada ikan mas yaitu tipe mulut biasa dan letak dari mulut ikan mas ini terminal, terletak di tengah anterior kepala. Pada bagian sirip caudal ikan mas memiliki tipe sirip cudal yang Homocercal.

 

2.4.BIOLOGI

Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m diatas permukaan laut, dengan suhu 20 oC-25 oC pH air antara 7-8 (Herlina,2002). Diantara jenis ikan Mas itu sendiri jika di amati lebih lanjut ada perbedaan dari segi sisik, bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan ras pda jenis ikan air tawar. Ras-ras yang ada pada ikan mas antara lain:

1. Punten: Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan jinak punggung lebar dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan relatif pendek di bandingkan ikan mas lainya.

2. Sinyonya: Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata tidak begitu menonjol dan normal pada usia yang masih muda, sedang yang sudah tua sipit, yag masih muda gerakannya jinak dan suka berkumpul pada permukaan air, perbandingan panjang dan terhadap tinggi badan antara 3,66:1.

3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih gelap kearah punggung badan relative pendek, punggung tinggi (membungkuk) dengan perbandingan panjang dan tinggi badan 3,20:1 dan gerakan jinak.

4. Kumpai: Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah siripnya panjang dan gerakannya lambat

5. Kancra Domas: Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau kehitaman dan ada bagian titik yang mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan berwarna putih.

6. Fancy Carp (Koi): Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak, badan relatif pendek dan tinggi.

Ikan ini merupakan ikan pemakan organisme hewan kecil atau renik ataupun tumbuh-tumbuhan (omnivore). Kolam yang di bangun dari tanah banyak mengandung pakan alami,ikan ini mengaduk Lumpur,memangsa larva insekta,cacing-cacing mollusca (Djarijah,2001).

 

2.5. HEMATOKRIT

Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual.

Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen atau pecahan desimal (Simmons A, 1989). Penetapan nilai hematokrit cara manual dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit atau metode mikrohetokrit.

  1. Metode makrohematokrit

Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %.

  1. Metode mikrohematokrit

Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.

Prosedur pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %.

2.5.1.      FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Faktor yang mempengaruhi hematokrit

  1. Jumlah eritrosit

Apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak (polisitemea) maka nilai hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit sedikit (dalam keadaan anemi) maka nilai hematokrit akan turun. (Pusdik, 1989)

  1. Ukuran eritrosit

Faktor terpenting dalam pengukuran hematokrit adalah ukuran sel darah merah dimana dapat mempengaruhi viskositas darah. Viskositas yang tinggi maka nilai hematokrit juga tinggi

  1. Bentuk eritrosit

Apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka akan terjadi trapped plasma (plasma yang terperangkap) sehingga nilai hematokrit meningkat.  

  1. Perbandingan antikoagulan dengan darah

Jika antikoagulan berlebihan akan mengakibatkan eritrosit mengerut, sehingga nilai hematokrit menurun.( Ganda Soebrata, 1989)

  1. Tempat penyimpanan

Tempat penyimpanan sebaiknya dilakukan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 6 jam.

  1. Kurang homogen

BAB III

BAHAN DAN METODE

 

 

3.1. WAKTU DAN TEMPAT

Hari                        : Senin

Tanggal       : 5 November 2012

Jam             : 10.00 – 12.00 WIB

Tempat       : Labolatorium Fisiologi Hewan Air FPIK UNPAD

 

3.2. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

 

3.2.1 ALAT

  1. Gunting bedah
  2. Penjepit arteri
  3. Penusuk
  4. Petri disk
  5. Pipa kapiler
  6. Sentrifuge hematokrit
  7. Hematokrit reading chart / papan pembaca nilai hematrokrit (%)

3.2.2. BAHAN

  1. Ikan mas
  2. Wax /  malam lilin

 

 

3.3. PROSEDUR KERJA

  1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
  2. Ambil satu buah ikan mas kemudian pingsankan dengan cara menusuk bagian anterior otak ikan tepat di bagian depan kepala ikan kemudian putar secara perlahan-lahan
  3. Bedah ikan di bagian dekat insang dan sebagian perut bagian anterior sampai terlihat jantung dan sinus venosus yang berwarna putih
  4. Jepit aorta ventralis dengan penjepit arteri sampai sinus venosus terisi penuh dengan darah
  5. Tusuk sinus venosus yang sudah penuh kemudian dekatkan pipa kapiler perlahan-lahan tampung darah yang keluar dari sinus venosus hingga pipa kapiler terisi ± ¾ volumenya
  6. Setelah pipa kapiler terisi, tutup salah satu bagiannya dengan cara menusukkan salah satu ujung pipa secara tegak ke lilin malam/wax
  7. Masukkan pipa kapiler ke dalam alat sentrifugasi, kemudian sentrifugasi selama 4 menit
  8. Setelah disentrifugasi, letakkan pipa kapiler diatas Hematocrit Reading Chart. Kemudian lihat nilai hematokrit pada batas atas dari sel darah (dalam %) dan catat.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1.  HASIL

 

Data yang diperoleh selama kegiatan praktikum ini, selanjutnya disajikan dlam bentuk tabel (data kelas) berikut ini :

Kelompok

Plasma Darah

Nilai Hematokrit (%) Ikan mas

1.

 

  1. 80%
  2. 70%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 2

  1. 20%
  2. 30%

2.

 

  1. 60%
  2. 60%
  3. 55%
  4. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 4

  1. 40%
  2. 40%
  3. 45%
  4. 40%

3.

 

  1. 65%
  2. 77%
  3. 70%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 3

  1. 35%
  2. 23%
  3. 30%

4.

 

  1. 65%
  2. 67%
  3. 64%
  4. 65%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 4

  1. 34%
  2. 33%
  3. 36%
  4. 35%

5.

 

  1. 50%
  2. 50%
  3. 50%
  4. 45%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 4

  1. 50%
  2. 50%
  3. 50%
  4. 55%

6.

 

  1. 50%
  2. 55%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 2

  1. 50%
  2. 45%

7.

 

  1. 68%

 

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 30%

8.

 

  1. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 40%

9.

 

  1. 65%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 35%

10.

gagal

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: gagal

11.

 

  1. 80%

 

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 20%

12.

 

  1. 65%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 35%

13.

 

  1. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 40%

14.

 

  1. 75%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 25%

15.

 

  1. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 40%

16.

 

  1. 80%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 20%

17.

 

  1. 50%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 50%

18.

 

  1. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 40%

19.

 

 

20.

 

  1. 55%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 45%

21.

     1.   40%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1.  40%

22.

 

  1. 75%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 25%

23.

Gagal

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: –

24.

 

  1. 61%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 39%

25.

 

  1. 55%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 45%

26.

\

  1. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 40%

 

Tabel 1. Nilai Hematokrit Ikan Mas (data kelas)

 

4.2. PEMBAHASAN

Dapat dilihat dari hasil tabel data kelas, ternyata praktikum perhitungan nilai hematokrit pada ikan cukup berhasil dapat dilihat dari data tersebut ada yanbg satu kelompok melakukan 4 kali sentrifukasi dan keempatnya itu berhasil. Namun ada juga yang gagal sama sekali, yaitu kelompok 10.

Gagalnya perhitungan hematokrit itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor itu salah satunya adalah saat melakukan sentrifugasi. Dimana saat sentrifugasi tersebut peletakan pipa kapiler tidak seimbang itu mengakibatkan pipa kapiler pecah. Selain itu pada saat pengisian darah ke pipa terjadi gelembung udara di pipa kapiler dan kurangnya pasokan darah yang harusnya diisi ¾ nyatanya kurang dari ¾ nya.

Dapat dilihat dari data ternyata perhitungan Hematokrit pada masing-masing kelompok itu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran ikan dan jenis kelamin pada ikan. Nilai hematokrit yang tinggi membuktikan bahwa keadaan ikan tersebut sehat. Sedangkan ikan dengan nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukan keadaan ikan yang tidak sehat, dapat dikatakan bahwa ikan tersebut mengalami anemia. Dapat dilihat dari data kelompok 1 pada pipa kapiler ke-1, kelompok 11, dan kelompok 16, dimana nilai hematokrit ikan sebesar 20%. Ini membuktikan bahwa ikan mengalami anemia karena nilai hematokrit kurang dari 22%.

Pada kelompok kami, yaitu kelompok 15, kami hanya dapat menghasilkan 1 pipa kapiler. Ini disebabkan kurangnya pasokan darah pada ikan kami, selain itu sebelum di jepit ternyata ikan sudah mengeluarkan banyak ikan. Pada awalnya kami melakukan sentrifugasi dengan menggunakan dua pipa kapiler. Namun pada pipa kapiler yang kedua pecah, ini disebabkan saat melakukan sentrifugasi tidak seimbangan. Pipa kapiler yang pertama kami menghasilkan nilai hematokrit sebesar 40%. Ini membuktikan bahwa ikan kami dalam keadaan sehat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

 

5.1. SIMPULAN

 

Perhitungan hematokrit pada ikan mas dilakukan dengan cara menampung darah di sinus venosus dan kemudian memasukannya ke dalam pipa kapiler untuk disentrifugasi. Hasil sentrifugasi dibaca dan % hematokrit pada ikan mas yang kami amati adalah sebanyak 40% dan plasma darahnya adalah sebanyak 60%.

Nilai hematokrit yang didapatkan oleh kelas A berkisar pada yang paling rendah adakah 20% dan yang paling tinggi adalah 55%. Hematokrit pada ikan dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya jumlah eritrosit, ukuran eritrosit dan bentuk eritrosit.

 

 

5.2. SARAN

 

Pada praktikum perhitungan nilai hematokrit kali ini, saran yang bisa kami sampaikan adalah ketika melakukan pembedahan ikan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan jangan sampai merusak organ dalam ikan. Selain itu ketika menusuk sinus venosus untuk mengeluarkan darah yang sudah tertampung harus dengan perlahan dan pipa harus sudah didekatkan dengan sinus venosus agar darang yang keluar bisa tertampung ke dapam pipa kapiler dan tidak berceceran.

Selain itu, ketika menggunakan alat sentrifugasi harus benar-benar teliti dalam menggunakannya, karena saat sentrifugasi banyak pipa kapiler yang malah pecah dan tidak tersentrifugasi.

 

 

 

 

DAFTAR ACUAN

 

Rahardjo, M.F. dkk. 2011. IKHTIOLOGI. Bandung: Lubuk Agung

http://labkesehatan.blogspot.com/2009/11/hematokrit_30.html

(diakses pada tanggal 8 November 2012)

http://aboutlabkes.wordpress.com/2012/01/30/hematokrit/

(diakses pada tanggal 8 November 2012)

ekologi ikan

Pengertian Ekologi

Ekologi berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914).Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.

Jadi, Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.

 

Ekologi Ikan

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyleticyang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan, biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), serta ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dapat ditemukan di hampir semua “genangan” air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan.

Keanekaragaman tempat hidup mempengaruhi ikan penghuninya. Banyak variasi yang tak terhitung jumlahnya pada ikan yang menyangkut masalah struktur, bentuk, sirip dan sebagainya, merupakan modifikasi yang dikembangkan ikan dalam usahanya untuk menyesuaikan diri terhadap suatu lingkungan tertentu. Sungai yang deras dan sungai yang tenang memiliki arus yang berbeda sehingga mempengaruhi kehidupan ikan. Danau yang dangkal dan yang dalam mempunyai berbagai pola perubahan suhu secara musiman. Kedalaman samudra menyajikan kemungkinan untuk pegkhususan yang lain. Lingkungan perairan samudra yang tampak sama di berbagai daerah di dunia ini sebetulnya sama sekali berbeda dalam hal sifat kimiawi airnya, tipe dasarnya dan perubahan musimnya. Ikan menyesuaikan diri terhadap segala kondisi tersebut.

Suatu spesies akan dipengaruhi oleh anggota-anggota spesies lain dalam suatu habitat tertentu, bila niche ekologi kedua spesies sama. Bila ada dua spesies yang kebutuhannya akan pangan dan atau faktor-faktor ekologi lainnya sama, maka akan terjadi persaingan (kompetisi). Selanjutnya dinyatakan secara umum kompetisi yang terjadi dalam suatu habitat bertindak sebagai pengatur, misalnya dalam mengatur kepadatan populasi suatu spesies terhadap kepadatan populasi spesies lain yang hidup dalam niche ekologi yang sama. Jenis ikan yang mempunyai luas relung yang luas, berarti jenis ikan tersebut mempunyai peran yang besar dalam memanfaatkan pakan yang tersedia dan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan diri terhadap fluktuasi kesedian pakan, serta mempunyai daya reproduksi secara individual sangat besar. Jadi berdasarkan luas relung, jenis ikan mempunyai potensi yang paling besar untuk berkembang menjadi induk populasi di dalam ekosistem perairan dimana ikan tersebut hidup.

 

Faktor-faktor Pembatas di Perairan

  1. 1.      Suhu

Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-sama mengurani perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehina perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada udara. Sifat yang terpenting adalah :

  • Panas jenis yang tinggi, relatif sejumlah besar panas dinutuhkan untuk merubah suhu air. 1 gram kalori (gkal) panas dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 ml (=1 gram) air 1C lebih tinggi (antara 15-160) hanya amonia dan beberapa senyawa lain mempunyai nilai lebih dari satu.
  • Panas fusi yang tinggi. 80 kalori dibutuh kan untuk mengubah 1 gram es menjadi air tanpa mengubah suhunya (dan sebaliknya).
  • Panas evaporasi yang tingi. 536 kalori diserap sewaktu evaporasi yang dapat dikatakan berlangsun terus menerus dari permukaan vegetasi , air dan es, sebagian besar sinar matahari digunakan untuk evaporasi air dari ekosistem didunia, dan alur energi ini mengubah iklim dan memungkinkan perkembangan kehidupan dalam semua keanekaragaman yang menakjubkan.
  • Kerapatan air tertinggi terjadi pada suhu 40 C ; diatas dan dibawah titik tersebut air akan berkembang dan menjadi lebih ringan. Sifat unik ini menyebabkan aira danau tidak membeku seluruhnya pada musim dingin.

Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama, karena organisme akuatik seringkali mempunyai toleransi yang sempit ( stenotermal ). Maka, walaupun terjadi populasi panas yang sedang oleh manusia, akibatnya dapat amat luas. Perubahan suhu menyebabkan pola sirkulasi yang khas dan stratifikasi, yang amat mempengaruhi kehidupan akuatik. Daerah perairan yang cukup luas dapat mempengaruhi iklim daerah daratan di sekitarnya.

Suhu air paling baik dan efisien diukur menggunakan sensor elektronis seperti termistor. Pembacaan dan pencatatan langsung dari termistor memudahkan para pemula untuk mengambil profil suhu dari habitat akuatik.

  1. Kejernihan

Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yangdapat mengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas. Kejernihan dapat diukur dengan alat yang amat sederhana yang disebut cakram secchi (dinamakan menurut penemuannya, A.Secchi, seorang Itali yang memperkenalkannya pada tahun 1865) berupa cakram putih dengan garis tengah kira-kira 20 cm dan dimasukkan kedalam air sampai tidak terlihat dari permukaan. Kedalaman itu disebut kejernihan cakram secchi, yang dapat mencapai 40 m pada air yang amat keruh dan berkisar antara beberapa cm pada air yang amat jernih, tidak produktif didanau yang tinggi letaknya seperti Danau Crater di Taman Nasional Crater Lake, Oregon. Danau-danau di Wiesconsin yang telah dipelajari dengan intensif menggunakan cakram secchi sampai kedalaman dimana penetrasi cahaya kira-kira 5% dari radiasi yang mencapai permukaan. Sementara fotosintesa masih terjadi pada intensitas rendah, tingkatan 5% menandai batas bawah kebanyakan zona fotosintesa. Walaupun elas bahwa alat-alat sintesa modern akan memberikan data yang akurat tentang penetrasi cahaya, cakram secchi masih dianggap alat yang berguna oleh ahli limnologi yangseringkali mengunakan teknik ini untuk mengatur tingkat fertilisasi untuk menghasilkan pertumbuhan fitoplankton yang baik tapi tidak terlalu tinggi.

  1. Arus

Air cukup “padat”, maka arah arus amat penting sebagai faktor pembatas, terutama pada aliran air. Disamping itu, arus air sering kali amat menentukan distribusi gas yang vital, garam dan organisme kecil.

  1. Konsentrasi gas pernapasan

Berbeda dengan lingkungan laut konsentrasi oksigen dan karbon dioksida sering kali terbatas pada lingkungan air tawar. Pada ”zaman polusi” ini konsentrasi oksigen terlarut dan kebutuhan oksigen biologis sering kali diukur dan merupakan faktor fisik yang paling intensif dipelajari. Sebagai suatu gambaran dari ”kantong oksigen” yang disebabkan polusi dan konsekuensinya dalam hal biota biasanya berlaku berlawanan, ahli ekologi tentang populasi makin lama makin memperhatikan penyuburan dibandingkan dengan pengaruh yang membatasi dari karbon dioksida dalam air tawar.

  1. Konsentrasi garam biogenik

Nitrat dan pospat sampai batas tertentu tampaknya terbatas jumlahnya hampir pada semua ekosistem air awar. Dalam air danau dan aliran air dengan kesadahan rendah, kalsium dan garam-garam lain uga tampaknya terbatas. Kecuali pada beberapa mata air mineral, bahkan pada air dengan kesadahan tertinggi hanya mempunyai kadar garam atau salinitas kurang dari 0,5%, dibandingkan dengan 30-37% dalam air laut.

Dua ciri lain dari air tawar dapat mempengaruhi umlah dan distribusi dari jenis yan ada (atau kekayaan kualitas biota). Karena habitat air tawar seringkali terisolasi satu dari yang lain oleh daratan dan lautan, organisme dengan penyebaran rendah melewati halangan ini mungkin telah gagal untuk mapan ditempat-tempatyang tidak sesuai. Ikan terutama menadi subek dari pembatasan ini ; aliran air, misalnya walaupun hanya beberapa kilometer jaraknya didaratan tetapi karena terisolasi oleh air, mungkin daerahnya (niche) ditempati oleh jenis yang berbeda. Sebaliknya, kebanyakan organisme kecil seperti panggang, udang, protozoa dan bakteri mempunyai kemampuan penyebaran yang tinggi. Maka seseorang mungkin akan menemukan Daphnia dalam kolam di Amerika Serikat dan di Inggris. Buku pegangan untuk invertebrata air tawar yang ditulis untuk pulau-pulau di Inggris, misalnya dapat digunakan di Amerika Serikat paling tidak sampai tingkat family atau genus, tanaman rendah dan invertebrata air tawar menunjukkan tingkat kosmopolitan yang tinggi. Oranisme air tawar mempunyai persoalan tertentu untuk dipecahkan dalam hubungan dengan pengaturan tekanan osmose ( osmoregulasi ). Karena konsentrasi garam dalam cairan tubuh atau sel lebih besar daripada lingkungan air tawar ( yaitu disebut cairan hipertonik ), maka air cenderung masuk ke dalam tubuh secara osmosis bila selaputnya ( membran ) dapat ditembus air ( permeabel ), atau kadar aram akan menjadi tinggi bila membran relatif tidak permeabel. Binatang air tawar, seperti protozoa dengan selaput sel yang tipis dan ikan dengan insangnya harus mempunyai cara efisien untuk mengeluarkan air ( terlaksana dengan vakuola kontraktil pada protozoa dan ginjal pada ikan) atau badannya akan membesar dan meletus. Kesukaran dalam osmoregulasi dapat diterangkan ,paling tidak sebagian, mengapa sejumlah besar hewan laut dari seluruh Phyllum, kenyataanya belum pernah berhasil memasuki lingkungan air tawar. Sebaliknya ikan bertulang ( juga burung laut dan mamalia ) yang cairan tubuhnya berkadar garam lebih rendah dari air laut ( yaitu hipotonik ) berhasil masuk kembali ke laut dengan merubah osmoregulasi metabolis secara perlahan-lahan yang meliputi pembuangan garam dan penanganan air.

 

Habitat – habitat ikan                  

Air Tawar

 

Habitat air tawar dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

  1. Air tergenang, atau habitat lentik (berasal dari kata lenis yang berarti tenang) : danau, kolam, rawa atau pasir terapung
  2. Air mengalir, atau habitat lotik (berasal dari lotus yang berarti tercuci) : mata air, aliran air (brook-creek) atau sungai.

 

Habitat air tawar menempati daerah yan relatif kecil pada permukaan bumi, dibandingkan dengan habitat lautan dan daratan, teteapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan denganluas daerahnya. Karena alasan alasa sebagai berikut :

  1. Habitat air tawar merupakan sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan domestik maupun industri (air mungkin dapat diperoleh dalam jumlah lebih banyak dari laut, tetapi dengan biaya dengan biaya yang lebih tinggi yaitu lebih banyak energi yang diperlukan dan adanya popusi garam).
  2. Komponen air tawar adalah “leher botol” (daerah kritis) pada daur hidrologi .
  3. Ekosistem air tawar menawarkan sistem pembuangan yang memadai dan paling murah. Karena manusia menyalah gunakan sumber daya ini maka jelas bahwa usaha untuk mengurangi tekanan tersebut harus dilakukan secepatnya, bila tidak, air akan menjadi faktor pembatas bagi manusia.

 

Air Tawar (sungai), sumber : morning dew

 

Contoh ikan yang ditemukan di perairan tawar secara garis besar:

  1. Ikan primer adalah kelompok ikan yang tidak atau sedikit bertoleransi terhadap air laut, missal Cyprinidae dan Clariidae. Air asin bertindak sebagai pembatas distribusi ikan.
  2. Ikan sekunder adalah kelompok ikan yang sebarannya terbatas pada perairan tawar tapi cukup bertoleransi terhadap salinitas sehingga mereka dapat masuk ke laut, misalnya Cichlidae.
  3. Ikan diadromus adalah kelompok ikan yang secara regular berada antara perairan tawar dan laut, misalnya sidat dan salmon
  4. Ikan vicarious adalah kelompok ikan laut yang bukan peruaya yang hidup di perairan tawar, missal burbot (Lota)
  5. Ikan komplementer adalah kelompok ikan laut peruaya yang mendominasi habitat tawar bila tidak ada ikan primer dan sekunder, missal belanak dang obi
  6. Ikan sporadis adalah kelompok ikan yang kadangkala masuk keperairan atau yang dapat hidup dan memijah diantara salah satu perairan, missal belanak

Empat kelompok ikan terakhir agak rancu sehingga mereka dinamakan kelompok perifer, yaitu spesies laut yang masuk ke perairan tawar.

 

 

  1. Distribusi ikan di sungai

Perairan sungai dapat dipilah  menjadi segmen hulu (ritron) dan segmen hilir (potamon). Faktor pembedanya adalah arus, kandungan oksigen terlarut, materi substrat, dan kekeruhan. Faktor-faktor tersebut mendorong terjadi perbedaan spesies ikan yang tinggal di segmen sungai.

  1. Daerah ritron

Daerah ini mencolok dari arus sungai yang deras. Ikan harus beradaptasi dengan variasi arus sungai. Spesies ikan banyak yang mempunyai bentuk memanjang, sebagai upaya mengurangi gesekan akibat arus yang deras. Contohnya ikan kehkel (Glyplothorax platypogon, Gobiidae) mengembangkan sirip ventral agar mampu menempel pada bagian batu,

  1. Daerah potamon

Daerah ini arus relative lebih lambat dan debit lebih besar karena melebarnya sungai. Ikan mempunyai bentuk yang lebih beragam.

 

  1. Distribusi ikan di danau

Kedalaman dan luas danau merupakan faktor utama yang menentukan kondisi komponen nirhayati. Keragaman ikan di danau cenderung meningkat dengan meningkatnya luas dan kedalaman perairan. Di danau dangkal, turbulensi yang disebabkan oleh angin biasanya cukup tinggi mengaduk kolam air dari permukaan sampai ke dasar sehingga tidak ditemukan adanya gradient suhu maupun oksigen sedangkan di danau yang dalam terdapat gradient suhu maupun oksigen terlarut. Hal ini mengakibatkan semakin dalam perairan, suhu maupun oksigen terlarut akan menurun. Fenomena ini memberikan efek terhadap distribusi ikan, semakin dalam danau, maka spesies maupun jumlah ikan akan semakin sedikit.

           

Di daerah litoral terdapat banyak spesies yang mempunyai tinggi badan yang tinggi dan sirip pectoral atau sirip ventral yang berkembang baik sebagai suatu bentuk tubuh yang memudahkan untuk bermanuver. Contohnya ikan gurami (Osphronemus gouramy). Sedangkan di daerah limnetik spesies ikan cenderung lebih ramping dengan batang ekor yang sempit, yang merupakan gambaran karakteristik ikan yang baik dalam menjelajah. Contohnya ikan hampal (Hampala macrolepidota).

 

Air Laut

 

Luas laut mencapai 70% dari seluruh permukaan bumi yang ditinggali oleh spesies ikan sejumlah 58% dari total ikan. Kehidupan berlangsung pada setiap kedalaman, namun kehidupan lebih padat terdapat di sekitar daratan dan pulau-pulau.

Bagian laut terdiri atas dua bagian yaitu bagian dasar dan bagian yang berair atau pelagik.

Kedalaman lautan  berdasarkan pelagik dibagi menjadi 3 lapisan zona, yaitu :

  1. Permukaan laut pada waktu air surut sampai kedalaman 100 meter yang disebutepipelagik. Sampai kedalaman 100 meter itu masih ada fotosintesis oleh flora laut, dan dihuni oleh ikan-ikan eufotik.
  2. Kedalaman 100 m sampai 2000 m dan disebut mesopelagik, dihuni oleh ikan-ikanbentik. Ikan-ikan mesopelagik cenderung berwarna abu-abu keperakan atau hitam kelam. Sebaliknya, invertebrata mesopelagik berwarna ungu atau merah cerah.
  3. Kedalaman 2000 m sampai 4000 m disebut batialpelagik, dihuni oleh ikan-ikan batial. Organisme yang hidup di zona ini tidak berwarna atau berwarna putih kotor dan tampak tidak berpigmen khususnya hewan-hewan bentik. Tetapi ikan penghuni zona ini berwarna hitam kelam.

Sedangkan berdasarkan bentik, kedalaman dibagi sesuai dengan lapisan di atasnya, yaitu batial, abisal dan hadal.

 

 

 

Air laut, sumber : robin Hod

Air Payau

Air payau (estuarin) adalah bagian pantai yang semi tertutup yang didalamnya terjadi pencampuran antara air tawar dengan air laut. Estuarin itu terbentuk bila sungai mengalir masuk ke dalam laut. Karena estuarin merupakan zona transisi antara 2 macam lingkungan, yaitu : lingkungan air tawar dan lingkungan laut, maka merupakan ekoton atau daerah peralihan. Ekoton berarti rumah atau tempat tinggal yang mempunyai hubungan harmonis dengan rumah atau tempat tinggal lainnya sehingga masing-masing berfungsi baik. Salinitas air estuarin berfluktuasi, dipengaruhi oleh musim, bahkan air pasang surut. Tanah di estuarin itu berlapis-lapis sesuai dengan tinggi rendahnya batas pasang surut, dan di daerah itu terdapat bermacam-macam fauna. Ikan-ikan diadrom berada dalam estuarin pada bulan-bulan tertentu, baik ikan air tawar maupun ikan laut. Baik  ikan-ikan yang hidup di estuarin maupun ikan-ikan pendatang (anadrom dankatadrom) sangat toleran terhadap perubahan salinitas dan lain-lain faktor (temperatur, pH, dan sebagainya). Ikan-ikan yang memang hidupnya di lingkungan estuarin antara lain :heringkarperminaus. Spesies tipikal estuary adalah spesies dari family Gobiidae, Gasterosteidae, Cyprinontidae dan Atherinidae.

 

 Klasifikasi Ekologis Organisme

Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.

1. Berdasarkan aliran energi

Organisme dibagi menjadi 3 yaitu :

  • Autotroph (produsen), tanaman hijau dan mikroorganisme kemosintetik.
  • Phagotroph (konsumen makro), herbivora, predator, parasit.
  • Saprotroph (konsumen mikro atau pengurai), diklasifikasikan sesuai dengan bahan organik yang diuraikan .

 

2. Berdasarkan kebiasaan hidup

Organisme dibedakan sebagai berikut yaitu : 

a. Plankton 
Terdiri alas fitoplankton dan zooplankton, organisme mengapung yang arah pergerakannya kira-kira tergantung arus. Walaupun beberapa zooplankton menunjukkan gerakan berenang yang aktif yang membantu mempertahankan posisi vertical, plankton secara keseluruhan tidak dapat bergerak melawan arus. 

bNekton
Organisme yang dapat berenang dan bergerak dengan kemauan sendiri, misalnya ikan, amfibi, serangga air besar. 

c. Neuston
Organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.

d. Perifiton

Merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantungpada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. 

e. Bentos

Hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas. Terdiri dari:

  • filter feeder (ex: kerang)
  •  Deposit feeder (ex: siput)

 

 

Berdasarkan Habitat hidupnya

 

  1. 1.      Habitat Lentik

Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.

a) Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.

Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.

b. Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari, disebut tingkat kompensasi yaitu daerah dimana fotosintesis seimbang dengan respirasi. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama 
musim panas dan musim semi.

Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang – udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan – ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.

c. Daerah profundal

Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.

d. Daerah bentik

Daerah sini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa – sisa organisme mati.

 

  1. 2.      Habitat Lotik

 

  1. Zona Arus Deras

Daerah dangkal dan kecepatan arus cukup tinggi, sehingga dasar perairan padat dan tidak  ada endapan. Organisme yang hidup adalah Bentos yang telah beradaptasi Periphyton yang melekat kuat Ikan yang dapat berenang kuat.

 

  1. Zona Arus Lambat

Daerah perairan yang dalam dan  kecepatan arus sudah berkurang, sehingga terjadi proses pengendapan dan dasar perairan lunak. Organisme yang hidup: Plankton Nekton penggali Bentos di dasar endapan.

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

http://wordbiology.wordpress.com/2009/01/20/ekolologi-ikan/

http://erikarianto.wordpress.com/2008/01/10/ekologi-air-tawar/

http://dc384.4shared.com/doc/zzdHCwoH/preview.html

Rahardjo, M.F. dkk, IKTIOLOGI. Bandung: Lubuk Agung, 2011

 

 

 

CHLOROPHYTA

Phytoplankton yang mengambil peranan terpenting diperairan air tawar adalah alga hijau. Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dilam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif.

Algae hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau berbeda dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti tumbuhan tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit.

Algae berperan sebagai produsen dalam ekosistem. berbagai jenis algae yang hidup bebas di air terutama tubuhnya yang bersel satu dan dapat berperan aktif merupakan penyusun fitoplankton. sebagaian besar fitoplankton adalah anggota algae hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga algae hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.

 

       I.            Chlorophyta

Ganggang hijau / Chlorohyta adalah salah satu klas dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak berupa benang, lembaran atau membentuk koloni spesies ganggang hijau yang bersel tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap.

Ganggang hijau merupakan golongan terbessar diantara ganggang dan sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Jenis yang hidup diair tawar, bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau, genangan air, Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan kulit batang pohon yang lembab.

1.1.      Ciri – ciri umum

  1. Berwarna hijau
  2. Cosmopolitan
  3. Memiliki anggota terbanyak
  4. Eukariot
  5. Ada yang unisel, koloni, dan filamen
  6. Pigmen yang dimiliki : klorofil a dan b, karoten α,β, dan γ, dan beberapa xantofil
  7. Dinding sel terbuat dari selulosa dan polimer xylosa atau mannose atau hemiselulosa

 

1.2.      Ciri-ciri khusus

  1. Sebagian anggota memiliki flagel
  2. Bentuk flagel isokontae, jumlah dan letaknya bervariasi(apical, subapikal, dan lateral)
  3. Makanan cadangannya karbohidrat dalam bentuk tepung dan protein dalam bentuk pirenoid

 

    II.            SUSUNAN SEL

Dinding sel Dinding sel tersusun atas 2 lapisan, lapisan dalam yang tersusun atas selulosa dan lapisan luar tersusun atas pektin tetapi beberapa bangsa Volvocalesdindingnya tidak mengandung selulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein.

Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta berbagai macam xantifil (lutein, violaxanthin, zeaxanthin) kloroplas dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel ( parietal,ex: ulotrix atau ditengah lumen sel ( axial,ex:muogotia).

Inti Chlorophyceae mempunyai inti seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu diselubungi oleh membrane inti dan terdapat nukleus serta kromstin. Inti umumya tunggal, tetapi jenis anggotayang tergolong dalam bangsa shiponales memiliki inti lebih dari satu.

Cadangan makanan Cadangan makanan pada chlorophyta seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu berupa amilum, tersusun oleh amilosa (rantai glukosa tidak bercabang) dan amilopektin (rantai glukosa yang bercabang).

Fototaksis dan bentuk mata

Pada chlorophyta terdapat dua tipe pergerakan fototaksis, yaitu

  • Pergerakan dengan flagella

Pada umunya sel alga hijau baik sel vegetatife maupun sel generatife ditemukan adanya alat gerak. Flagella pada kelas chlorophyceae selalu bertipe whiplash (akronomatik) dan sama panjang (isokon) kecuali pada bangsa oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagella dihubungkan dengan struktur yang sangat halus disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagella disebut blepharoplas. Tiap flagella terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat dua singlet mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9+2. Flagella tersebut dikelilingi oleh selubung plasma.

  • Pergerakan dengan sekresi lendir

Dalam monografi tentang desmid, ditunjukkan terjadi pergerakan pada desmid di permukaan lumpur. Pergerakan tersebut disebabkan oleh adanya stimulus cahaya yang diduga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama pergerakan kedepan bagian kutub berayun dari satu sisi ke sisi lain sehingga lendir bagian belakang seperti berkelok-kelok.

 

 III.            Perkembang biakan

3.1.       Aseksual

  1. Pembelahan sel biasa yaitu membelah diri.
  2. Dengan cara membentuk macam-macam spora :
  • Sel-sel vegetative membuat zoospore, dalam jumlah satu sampai banyak. Contoh: genus Oedogonium dan genus Hydrodiction.
  • Tiap sel dapat membuat aplanospora yang mempunyai dinding tebal, dan tidak mempunyai flagel. Contoh : genus Microspora.
  • Beberapa genus dapat membuat hypnospora, dimana dindingnya lebih tebal daripada dinding aplanospora. Contoh: genus Pediastrum.
  • Beberapa spora juga dapat membuat autospora, bila spora-spora ini masih dalam sel, berkelompok dan bentuknya sepeti bentuk induknya. Contoh : genus Hydrodiction.
  • Beberapa genus juga dapat membuat spora, yang bentuknya seperti bentuk selnya sendiri.

3.2       Seksual

  1. Konjugasi

Suatu proses, 2 protoplasma berasal dari 2 sel bercampur menjadi zygote.

  1. Fusi

Isogamete maupun anisogamet sama sekali tidak ada perbedaan dalam bentuk, dan hanya dapat diketahui asalnya, bila 2 macam gamet ini dipelihara dan mengadakan “fusion”

  1. Oogami

Cara berkembang biak ini sudah tinggi tingkatnya, dimana dapat dibentuk oogonium dan anteridium pada satu thallus. Oogonium menghasilkan ovum dan anteridium mengahasilkan spermatozoid.

 

 IV.            Klasifikasi

4.1                Famili

Chlorophyta hanya memiliki satu family saja yaitu Chlorophyceae.

4.2     Ordo

Chlorophyta memiliki 4 ordo yaitu:

  1. Volvocales

Ciri-ciri dari volvocales:

  1. Hidup di perairan tawar yang banyak mengandung bahan organic seperti sawah, rawa, atau kolam yang di pupuk dengan pupuk kandang.
  2. Selnya sempurna (punya mitokondria, badan golgi, reticulum endoplasma, dan organel)
  3. Unisel, koloni dan filamen
  4. Ada yang berflagel(unisel jumlah flagelnya 1,2,4,8, koloni jumlah flagel 2 atau 4) ada juga yang tidak ada flagel
  5. Pada umunya fototaksis positif

            Meode reproduksi :

  1. Aseksual :
  • pembelahan sel biasa   : umumnya unisel
  • autokoloni                   : umumnya koloni
  1. seksual :
  • isogami            : gamet sama dan flagel
  • anisogami        : gamet beda
  • oogami

Volvocales memiliki 5 famili, yaitu:

  1. 1.      Polyblepharidaceae

Ciri-ciri :

  • Memiliki banyak genus, ada di air tawar, payau, dan laut
  • Unisel
  • Memiliki dinding sel tebal atau tidak punya dinding sel
  • Umumnya memiliki flagel
  • Genus :
  1. Polybleparides (flagel 8)
  2. Pyramimonas (flagel 4)
  3. Dunaliella (flagel 2)
  4. Pedinomonas(flagel 1)
  5. 2.      Chlamydomonacae

Ciri-ciri :

  • Umumnya unisel
  • Berdinding tebal
  • Hidup di air tawar dan laut
  • Memiliki flagel (2 atau 4)
  • Genus :

1.   Chlamydomonas (flagel2)

2.   Polytoma (flagel 2)

3.   Tetraselmis (flagel 4)

4.   Carteria (flagel 4)

  1. 3.      Phacotaceae

Ciri-ciri :

  • Memiliki dinding sel sel tebal yang disebut lorika atau membran yang mengandung mangan atau besi
  • Unisel, flagel umumnya 2
  • Genus :

1.   Phacotus dan Pteromonas (lorika tidak berpori)

2.   Dysmorphococcus (lorika berpori)

  1. 4.      Volvocaceae

Ciri-ciri :

  • Umumnya koloni, diselaputi oleh gelatin yang masif, dinding sel mengandung selulosa
  • Jumlah flagel 2
  • Bentuk koloni bulat, speris atau elipsoid
  • Jumlah sel dalam koloni ada yang seragam ada yang berbeda
  • Memiliki banyak anggota.
  • Genus  :

1.      Pandorina

2.      Platidorina      

3.      Gonium (ukuran sel bervariasi)

4.      Pleudorina (ukuran sel seragam)

5.      Eudorina

6.      Volvulina

7.      Volvox (ukuran sel bervariasi)

  1. 5.      Spondylomoraceae

Ciri-ciri :

  • Koloni, tidak diselaputi gelatin
  • Hanya memiliki sedikit anggota
  • Flagel berjumlah 2
  • Genus :

1.   Spondylomorum

2.   Pyrobotrys

 

  1. Tetrasporales

Ciri-ciri :

  1. Unisel atau koloni
  2. Tidak berflagel

            metode reproduksi :

  1. Aseksual          :
  • fragmentasi     : umumnya koloni
  • zoospore          : umumnya koloni atau unisel
  1. seksual             : isogami

 

Ada 2 Famili :

1.  Palmelaceae

Ciri-ciri :

  • Sangat mirip dengan Chlamydomonadaceae tapi tidak berflagel. 
  • Genus :

     1.  Palmella

2.     Gloeococcus

3.     Gloeocystis

     2.  Tetrasporaceae

                        Ciri-ciri :

  • Koloni
  • Memiliki pseudoflagel (tidak dapat    bergerak) pada kutub anterior.
  • Genus :

1.   Tetraspora

2.   Apiocystis

  1. Chlorococcales

Ciri-ciri :

  1. Unisel atau koloni
  2. Non motile

            Metode reproduksi      :

  1. Aseksual          :
  • pembentukan spora berflagel (zoospora)
  • pembentukan spora tidak berflagel (aplanospora atau autospora)
  • autokoloni
  1. Seksual            : isogami

Memiliki 4 famili :

1.  Chlorococcaceae

Ciri-ciri :

  • Umumnya berbentuk kokus dan dalam koloni berbentuk speris.
  • Genus :

1.   Chlorococcum

2.   Neochloris

            2.  Oocystaceae

                                       Ciri-ciri :

  • Memiliki penyebaran yang luas
  • Umumnya unisel, tidak bergerak
  • Tidak menghasilkan zoospora
  • Genus :

1.  Chlorella

2.  Ankistrodesmus

3.  Oocystis

4.  Golenkinia

3.   Hydrodictiaceae

Ciri-ciri :

  • Umumnya koloni
  • Dapat hidup di air tenang, maupun sedikit mengalir, seluruhnya hidup di air tawar
  • Genus :

1.  Hydrodiction

2.  Pediastrum

 3. Sorastrum

4.    Scenedesmaceae

Ciri-ciri :

  • Umumnya koloni, hidup di air tawar
  • Genus:

1.  Scenedesmus (jumlah sel dlm koloni 4, 8 atau 16 sel)

2.  Coelastrum(jumlah  sel dalam koloni 4-128 sel)

 

  1. Zygnematales

Ciri-ciri :

  1. Umumnya unisel, koloni, filamen atau desmid
  2. Tidak berflagel
  3. Hidup di air tawar atau payau
    1. Yang berbentuk koloni ada yg mhslkan lendir yang mengapung dan menimbulkan bau busuk

Metode reproduksi :

  1. Aseksual          :
  • fragmentasi                 : filamen
  • pembelahan sel biasa   : pada desmid
  1. Seksual            : konyugasi pada filamen dan desmid à dapat isogami dapat pula anisogami

           

Memiliki 3 famili :

            1.  Zygnemataceae

     Ciri-ciri :

  • Memiliki banyak anggota
  • Dinding sel diliputi oleh lendir
  • Umumnya filamen
  • Hidup di air tawar
  • Genus :

1.   Zygnema

2.   Sirogonium

3.   Mougeotia

4.   Spyrogyra

            2.  Desmidiaceae

  Ciri-ciri :

  • Unisel, koloni atau filamen
  • Umumnya placoderm desmid
  • Sel tersusun atas 2 semisel yang sama persis
  • Dinding sel terdiri dua lapis diliputi lendir
  • Hidup di perairan sedikit asam (pH 5-6)
  • Genus :

1. Closterium

2. Desmidium

3. Cosmarium

4. Micrasterias

5. Staurastrum

6. Hyalotheca

3.     Mesotaeniaceae

               Ciri-ciri :

  • Jumlah anggota tdk terlalu banyak
  • Umumnya Saccoderm Desmid
  • Genus :

1.  Mesotanium

2.  Spirotaenia

3.  Netrium

4.  Cylindrocystis

 

    V.            Peranan

  1. Positif
  • produsen primer (penyedia oksigen) nomor 1 di perairan tawar
  • sumber pakan alami bagi ikan dan organisme lain (terutama benih)
  • beberapa diantaranya dibudidaya sebagai sumber pakan di panti pembenihan ikan. cotohnya : Chlorella, Dunaliella, Tetraselmis, dan Scenedesmus.
  • jenis tertentu dimanfaatkan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan sebagai pengawet makanan.
  • Tetraselmis dan Chlorella dikenal sebagai Probiotik

Chlorella diketahui mengandung zat Chlorellin (berperan sbg antibakteri). Chlorella berfungsi sebagai anti herbal, membunuh kanker, lawan infeksi bakteri atau virus, tingkatkan system imun, menurunkan tekanan darah.

2. Negatif

  • beberapa jenis dari ordo Zygnematales berupa filamen panjang dapat  membelit benih ikan dan mematikan cthnya Spyrogyra dan Hydrodyction
  • beberapa jenis yangg dinding selnya berlendir jika blooming menimbulkan bau busuk

 

CHLOROPHYTA

Phytoplankton yang mengambil peranan terpenting diperairan air tawar adalah alga hijau. Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dilam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif.

Algae hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau berbeda dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti tumbuhan tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit.

Algae berperan sebagai produsen dalam ekosistem. berbagai jenis algae yang hidup bebas di air terutama tubuhnya yang bersel satu dan dapat berperan aktif merupakan penyusun fitoplankton. sebagaian besar fitoplankton adalah anggota algae hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga algae hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.

 

       I.            Chlorophyta

Ganggang hijau / Chlorohyta adalah salah satu klas dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak berupa benang, lembaran atau membentuk koloni spesies ganggang hijau yang bersel tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap.

Ganggang hijau merupakan golongan terbessar diantara ganggang dan sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Jenis yang hidup diair tawar, bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau, genangan air, Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan kulit batang pohon yang lembab.

1.1.      Ciri – ciri umum

  1. Berwarna hijau
  2. Cosmopolitan
  3. Memiliki anggota terbanyak
  4. Eukariot
  5. Ada yang unisel, koloni, dan filamen
  6. Pigmen yang dimiliki : klorofil a dan b, karoten α,β, dan γ, dan beberapa xantofil
  7. Dinding sel terbuat dari selulosa dan polimer xylosa atau mannose atau hemiselulosa

 

1.2.      Ciri-ciri khusus

  1. Sebagian anggota memiliki flagel
  2. Bentuk flagel isokontae, jumlah dan letaknya bervariasi(apical, subapikal, dan lateral)
  3. Makanan cadangannya karbohidrat dalam bentuk tepung dan protein dalam bentuk pirenoid

 

    II.            SUSUNAN SEL

Dinding sel Dinding sel tersusun atas 2 lapisan, lapisan dalam yang tersusun atas selulosa dan lapisan luar tersusun atas pektin tetapi beberapa bangsa Volvocalesdindingnya tidak mengandung selulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein.

Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta berbagai macam xantifil (lutein, violaxanthin, zeaxanthin) kloroplas dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel ( parietal,ex: ulotrix atau ditengah lumen sel ( axial,ex:muogotia).

Inti Chlorophyceae mempunyai inti seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu diselubungi oleh membrane inti dan terdapat nukleus serta kromstin. Inti umumya tunggal, tetapi jenis anggotayang tergolong dalam bangsa shiponales memiliki inti lebih dari satu.

Cadangan makanan Cadangan makanan pada chlorophyta seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu berupa amilum, tersusun oleh amilosa (rantai glukosa tidak bercabang) dan amilopektin (rantai glukosa yang bercabang).

Fototaksis dan bentuk mata

Pada chlorophyta terdapat dua tipe pergerakan fototaksis, yaitu

  • Pergerakan dengan flagella

Pada umunya sel alga hijau baik sel vegetatife maupun sel generatife ditemukan adanya alat gerak. Flagella pada kelas chlorophyceae selalu bertipe whiplash (akronomatik) dan sama panjang (isokon) kecuali pada bangsa oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagella dihubungkan dengan struktur yang sangat halus disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagella disebut blepharoplas. Tiap flagella terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat dua singlet mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9+2. Flagella tersebut dikelilingi oleh selubung plasma.

  • Pergerakan dengan sekresi lendir

Dalam monografi tentang desmid, ditunjukkan terjadi pergerakan pada desmid di permukaan lumpur. Pergerakan tersebut disebabkan oleh adanya stimulus cahaya yang diduga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama pergerakan kedepan bagian kutub berayun dari satu sisi ke sisi lain sehingga lendir bagian belakang seperti berkelok-kelok.

 

 III.            Perkembang biakan

3.1.       Aseksual

  1. Pembelahan sel biasa yaitu membelah diri.
  2. Dengan cara membentuk macam-macam spora :
  • Sel-sel vegetative membuat zoospore, dalam jumlah satu sampai banyak. Contoh: genus Oedogonium dan genus Hydrodiction.
  • Tiap sel dapat membuat aplanospora yang mempunyai dinding tebal, dan tidak mempunyai flagel. Contoh : genus Microspora.
  • Beberapa genus dapat membuat hypnospora, dimana dindingnya lebih tebal daripada dinding aplanospora. Contoh: genus Pediastrum.
  • Beberapa spora juga dapat membuat autospora, bila spora-spora ini masih dalam sel, berkelompok dan bentuknya sepeti bentuk induknya. Contoh : genus Hydrodiction.
  • Beberapa genus juga dapat membuat spora, yang bentuknya seperti bentuk selnya sendiri.

3.2       Seksual

  1. Konjugasi

Suatu proses, 2 protoplasma berasal dari 2 sel bercampur menjadi zygote.

  1. Fusi

Isogamete maupun anisogamet sama sekali tidak ada perbedaan dalam bentuk, dan hanya dapat diketahui asalnya, bila 2 macam gamet ini dipelihara dan mengadakan “fusion”

  1. Oogami

Cara berkembang biak ini sudah tinggi tingkatnya, dimana dapat dibentuk oogonium dan anteridium pada satu thallus. Oogonium menghasilkan ovum dan anteridium mengahasilkan spermatozoid.

 

 IV.            Klasifikasi

4.1                Famili

Chlorophyta hanya memiliki satu family saja yaitu Chlorophyceae.

4.2     Ordo

Chlorophyta memiliki 4 ordo yaitu:

  1. Volvocales

Ciri-ciri dari volvocales:

  1. Hidup di perairan tawar yang banyak mengandung bahan organic seperti sawah, rawa, atau kolam yang di pupuk dengan pupuk kandang.
  2. Selnya sempurna (punya mitokondria, badan golgi, reticulum endoplasma, dan organel)
  3. Unisel, koloni dan filamen
  4. Ada yang berflagel(unisel jumlah flagelnya 1,2,4,8, koloni jumlah flagel 2 atau 4) ada juga yang tidak ada flagel
  5. Pada umunya fototaksis positif

            Meode reproduksi :

  1. Aseksual :
  • pembelahan sel biasa   : umumnya unisel
  • autokoloni                   : umumnya koloni
  1. seksual :
  • isogami            : gamet sama dan flagel
  • anisogami        : gamet beda
  • oogami

Volvocales memiliki 5 famili, yaitu:

  1. 1.      Polyblepharidaceae

Ciri-ciri :

  • Memiliki banyak genus, ada di air tawar, payau, dan laut
  • Unisel
  • Memiliki dinding sel tebal atau tidak punya dinding sel
  • Umumnya memiliki flagel
  • Genus :
  1. Polybleparides (flagel 8)
  2. Pyramimonas (flagel 4)
  3. Dunaliella (flagel 2)
  4. Pedinomonas(flagel 1)
  5. 2.      Chlamydomonacae

Ciri-ciri :

  • Umumnya unisel
  • Berdinding tebal
  • Hidup di air tawar dan laut
  • Memiliki flagel (2 atau 4)
  • Genus :

1.   Chlamydomonas (flagel2)

2.   Polytoma (flagel 2)

3.   Tetraselmis (flagel 4)

4.   Carteria (flagel 4)

  1. 3.      Phacotaceae

Ciri-ciri :

  • Memiliki dinding sel sel tebal yang disebut lorika atau membran yang mengandung mangan atau besi
  • Unisel, flagel umumnya 2
  • Genus :

1.   Phacotus dan Pteromonas (lorika tidak berpori)

2.   Dysmorphococcus (lorika berpori)

  1. 4.      Volvocaceae

Ciri-ciri :

  • Umumnya koloni, diselaputi oleh gelatin yang masif, dinding sel mengandung selulosa
  • Jumlah flagel 2
  • Bentuk koloni bulat, speris atau elipsoid
  • Jumlah sel dalam koloni ada yang seragam ada yang berbeda
  • Memiliki banyak anggota.
  • Genus  :

1.      Pandorina

2.      Platidorina      

3.      Gonium (ukuran sel bervariasi)

4.      Pleudorina (ukuran sel seragam)

5.      Eudorina

6.      Volvulina

7.      Volvox (ukuran sel bervariasi)

  1. 5.      Spondylomoraceae

Ciri-ciri :

  • Koloni, tidak diselaputi gelatin
  • Hanya memiliki sedikit anggota
  • Flagel berjumlah 2
  • Genus :

1.   Spondylomorum

2.   Pyrobotrys

 

  1. Tetrasporales

Ciri-ciri :

  1. Unisel atau koloni
  2. Tidak berflagel

            metode reproduksi :

  1. Aseksual          :
  • fragmentasi     : umumnya koloni
  • zoospore          : umumnya koloni atau unisel
  1. seksual             : isogami

 

Ada 2 Famili :

1.  Palmelaceae

Ciri-ciri :

  • Sangat mirip dengan Chlamydomonadaceae tapi tidak berflagel. 
  • Genus :

     1.  Palmella

2.     Gloeococcus

3.     Gloeocystis

     2.  Tetrasporaceae

                        Ciri-ciri :

  • Koloni
  • Memiliki pseudoflagel (tidak dapat    bergerak) pada kutub anterior.
  • Genus :

1.   Tetraspora

2.   Apiocystis

  1. Chlorococcales

Ciri-ciri :

  1. Unisel atau koloni
  2. Non motile

            Metode reproduksi      :

  1. Aseksual          :
  • pembentukan spora berflagel (zoospora)
  • pembentukan spora tidak berflagel (aplanospora atau autospora)
  • autokoloni
  1. Seksual            : isogami

Memiliki 4 famili :

1.  Chlorococcaceae

Ciri-ciri :

  • Umumnya berbentuk kokus dan dalam koloni berbentuk speris.
  • Genus :

1.   Chlorococcum

2.   Neochloris

            2.  Oocystaceae

                                       Ciri-ciri :

  • Memiliki penyebaran yang luas
  • Umumnya unisel, tidak bergerak
  • Tidak menghasilkan zoospora
  • Genus :

1.  Chlorella

2.  Ankistrodesmus

3.  Oocystis

4.  Golenkinia

3.   Hydrodictiaceae

Ciri-ciri :

  • Umumnya koloni
  • Dapat hidup di air tenang, maupun sedikit mengalir, seluruhnya hidup di air tawar
  • Genus :

1.  Hydrodiction

2.  Pediastrum

 3. Sorastrum

4.    Scenedesmaceae

Ciri-ciri :

  • Umumnya koloni, hidup di air tawar
  • Genus:

1.  Scenedesmus (jumlah sel dlm koloni 4, 8 atau 16 sel)

2.  Coelastrum(jumlah  sel dalam koloni 4-128 sel)

 

  1. Zygnematales

Ciri-ciri :

  1. Umumnya unisel, koloni, filamen atau desmid
  2. Tidak berflagel
  3. Hidup di air tawar atau payau
    1. Yang berbentuk koloni ada yg mhslkan lendir yang mengapung dan menimbulkan bau busuk

Metode reproduksi :

  1. Aseksual          :
  • fragmentasi                 : filamen
  • pembelahan sel biasa   : pada desmid
  1. Seksual            : konyugasi pada filamen dan desmid à dapat isogami dapat pula anisogami

           

Memiliki 3 famili :

            1.  Zygnemataceae

     Ciri-ciri :

  • Memiliki banyak anggota
  • Dinding sel diliputi oleh lendir
  • Umumnya filamen
  • Hidup di air tawar
  • Genus :

1.   Zygnema

2.   Sirogonium

3.   Mougeotia

4.   Spyrogyra

            2.  Desmidiaceae

  Ciri-ciri :

  • Unisel, koloni atau filamen
  • Umumnya placoderm desmid
  • Sel tersusun atas 2 semisel yang sama persis
  • Dinding sel terdiri dua lapis diliputi lendir
  • Hidup di perairan sedikit asam (pH 5-6)
  • Genus :

1. Closterium

2. Desmidium

3. Cosmarium

4. Micrasterias

5. Staurastrum

6. Hyalotheca

3.     Mesotaeniaceae

               Ciri-ciri :

  • Jumlah anggota tdk terlalu banyak
  • Umumnya Saccoderm Desmid
  • Genus :

1.  Mesotanium

2.  Spirotaenia

3.  Netrium

4.  Cylindrocystis

 

    V.            Peranan

  1. Positif
  • produsen primer (penyedia oksigen) nomor 1 di perairan tawar
  • sumber pakan alami bagi ikan dan organisme lain (terutama benih)
  • beberapa diantaranya dibudidaya sebagai sumber pakan di panti pembenihan ikan. cotohnya : Chlorella, Dunaliella, Tetraselmis, dan Scenedesmus.
  • jenis tertentu dimanfaatkan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan sebagai pengawet makanan.
  • Tetraselmis dan Chlorella dikenal sebagai Probiotik

Chlorella diketahui mengandung zat Chlorellin (berperan sbg antibakteri). Chlorella berfungsi sebagai anti herbal, membunuh kanker, lawan infeksi bakteri atau virus, tingkatkan system imun, menurunkan tekanan darah.

2. Negatif

  • beberapa jenis dari ordo Zygnematales berupa filamen panjang dapat  membelit benih ikan dan mematikan cthnya Spyrogyra dan Hydrodyction
  • beberapa jenis yangg dinding selnya berlendir jika blooming menimbulkan bau busuk