nilai hematokrit ikan mas

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1. LATAR BELAKANG

Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran nilai hematokrit secara manual ada dua, yaitu makrohematokrit dan mikrohematokrit.

Pada praktikum kali ini pengukuran nilai hematokrit secara manual dengan menggunakan metode mikrohematokrit. Metode hematokrit ini dilakukan dengan cara sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Untuk mengetahui tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %.

 

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk bisa menghitung nilai hematokrit dari ikan mas.

 

1.3. MANFAAT PRAKTIKUM

Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat menghitung nilai hematrokrit pada ikan Mas dengan cara sentrifugasi. 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1. IKAN

Ikan atau bahasa ilmiahnya adalah picses secara umum adalah termasuk hewan bertulang belakang (vertebrata). Ikan adalah hewan berdarah dingin (polikilotermis) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Suhu tubuhnya selalu mengikuti suhu lingkungannya sehingga suhu badannya turun naik bersama-sama denganturun naiknya suhu sekitarnya. Ikan berkembang biak dengan cara bertelur. Ikan betina mengeluarkan telurnya ke dalam air, demikian pula ikan jantan mengeluarkan spermanya ke dalam air, sehingga pembuahanterjadi di luar tubuh induknya. Pembuahan yang terjadi di luar tubuhinduknya disebut pembuahan eksternal 

Berdasarkan tulangnya ikan dibagi dalam dua kelompok yaitu :

  1. Ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes)

Contohnya: Ikan Hiu dan Ikan Pari

  1. Ikan bertulang sejati (kelasOsteichthyes)

Contohnya: Ikan Mas, Ikan Mujair, Ikan Kakap, Ikan Bandeng,dan Ikan Tawes.

Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia.

2.2. KLASIFIKASI

Klasifikasi ikan Mas :

Kelas      : Animalia

Filum      : Chordata

Kelas      : Actinopterygii

Ordo       : Cypriniformes

Famili     : Cyprinidae

Genus     : Cyprinus

Spesies   : Cyprinus carpio

 

2.3.MORFOLOGI

Dalam mengidentifikasi ikan mas dapat melihat dari tipe morfologi tubuh . Morfologi adalah bagian-bagian dari tubuh ikan. Morfologi meliputi tipe tubuh, bentuk dan letak mulut, sirip caudal, dan alat bantu pernafasan. Pada ikan mas ini memiliki bentuk tubuh yang tertekan kesamping (compressed). Bentuk mulut pada ikan mas yaitu tipe mulut biasa dan letak dari mulut ikan mas ini terminal, terletak di tengah anterior kepala. Pada bagian sirip caudal ikan mas memiliki tipe sirip cudal yang Homocercal.

 

2.4.BIOLOGI

Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m diatas permukaan laut, dengan suhu 20 oC-25 oC pH air antara 7-8 (Herlina,2002). Diantara jenis ikan Mas itu sendiri jika di amati lebih lanjut ada perbedaan dari segi sisik, bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan ras pda jenis ikan air tawar. Ras-ras yang ada pada ikan mas antara lain:

1. Punten: Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan jinak punggung lebar dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan relatif pendek di bandingkan ikan mas lainya.

2. Sinyonya: Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata tidak begitu menonjol dan normal pada usia yang masih muda, sedang yang sudah tua sipit, yag masih muda gerakannya jinak dan suka berkumpul pada permukaan air, perbandingan panjang dan terhadap tinggi badan antara 3,66:1.

3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih gelap kearah punggung badan relative pendek, punggung tinggi (membungkuk) dengan perbandingan panjang dan tinggi badan 3,20:1 dan gerakan jinak.

4. Kumpai: Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah siripnya panjang dan gerakannya lambat

5. Kancra Domas: Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau kehitaman dan ada bagian titik yang mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan berwarna putih.

6. Fancy Carp (Koi): Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak, badan relatif pendek dan tinggi.

Ikan ini merupakan ikan pemakan organisme hewan kecil atau renik ataupun tumbuh-tumbuhan (omnivore). Kolam yang di bangun dari tanah banyak mengandung pakan alami,ikan ini mengaduk Lumpur,memangsa larva insekta,cacing-cacing mollusca (Djarijah,2001).

 

2.5. HEMATOKRIT

Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual.

Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen atau pecahan desimal (Simmons A, 1989). Penetapan nilai hematokrit cara manual dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit atau metode mikrohetokrit.

  1. Metode makrohematokrit

Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %.

  1. Metode mikrohematokrit

Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.

Prosedur pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %.

2.5.1.      FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Faktor yang mempengaruhi hematokrit

  1. Jumlah eritrosit

Apabila jumlah eritrosit dalam keadaan banyak (polisitemea) maka nilai hematokrit akan meningkat dan jika eritrosit sedikit (dalam keadaan anemi) maka nilai hematokrit akan turun. (Pusdik, 1989)

  1. Ukuran eritrosit

Faktor terpenting dalam pengukuran hematokrit adalah ukuran sel darah merah dimana dapat mempengaruhi viskositas darah. Viskositas yang tinggi maka nilai hematokrit juga tinggi

  1. Bentuk eritrosit

Apabila terjadi kelainan bentuk (poikilositosis) maka akan terjadi trapped plasma (plasma yang terperangkap) sehingga nilai hematokrit meningkat.  

  1. Perbandingan antikoagulan dengan darah

Jika antikoagulan berlebihan akan mengakibatkan eritrosit mengerut, sehingga nilai hematokrit menurun.( Ganda Soebrata, 1989)

  1. Tempat penyimpanan

Tempat penyimpanan sebaiknya dilakukan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 6 jam.

  1. Kurang homogen

BAB III

BAHAN DAN METODE

 

 

3.1. WAKTU DAN TEMPAT

Hari                        : Senin

Tanggal       : 5 November 2012

Jam             : 10.00 – 12.00 WIB

Tempat       : Labolatorium Fisiologi Hewan Air FPIK UNPAD

 

3.2. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

 

3.2.1 ALAT

  1. Gunting bedah
  2. Penjepit arteri
  3. Penusuk
  4. Petri disk
  5. Pipa kapiler
  6. Sentrifuge hematokrit
  7. Hematokrit reading chart / papan pembaca nilai hematrokrit (%)

3.2.2. BAHAN

  1. Ikan mas
  2. Wax /  malam lilin

 

 

3.3. PROSEDUR KERJA

  1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
  2. Ambil satu buah ikan mas kemudian pingsankan dengan cara menusuk bagian anterior otak ikan tepat di bagian depan kepala ikan kemudian putar secara perlahan-lahan
  3. Bedah ikan di bagian dekat insang dan sebagian perut bagian anterior sampai terlihat jantung dan sinus venosus yang berwarna putih
  4. Jepit aorta ventralis dengan penjepit arteri sampai sinus venosus terisi penuh dengan darah
  5. Tusuk sinus venosus yang sudah penuh kemudian dekatkan pipa kapiler perlahan-lahan tampung darah yang keluar dari sinus venosus hingga pipa kapiler terisi ± ¾ volumenya
  6. Setelah pipa kapiler terisi, tutup salah satu bagiannya dengan cara menusukkan salah satu ujung pipa secara tegak ke lilin malam/wax
  7. Masukkan pipa kapiler ke dalam alat sentrifugasi, kemudian sentrifugasi selama 4 menit
  8. Setelah disentrifugasi, letakkan pipa kapiler diatas Hematocrit Reading Chart. Kemudian lihat nilai hematokrit pada batas atas dari sel darah (dalam %) dan catat.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1.  HASIL

 

Data yang diperoleh selama kegiatan praktikum ini, selanjutnya disajikan dlam bentuk tabel (data kelas) berikut ini :

Kelompok

Plasma Darah

Nilai Hematokrit (%) Ikan mas

1.

 

  1. 80%
  2. 70%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 2

  1. 20%
  2. 30%

2.

 

  1. 60%
  2. 60%
  3. 55%
  4. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 4

  1. 40%
  2. 40%
  3. 45%
  4. 40%

3.

 

  1. 65%
  2. 77%
  3. 70%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 3

  1. 35%
  2. 23%
  3. 30%

4.

 

  1. 65%
  2. 67%
  3. 64%
  4. 65%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 4

  1. 34%
  2. 33%
  3. 36%
  4. 35%

5.

 

  1. 50%
  2. 50%
  3. 50%
  4. 45%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 4

  1. 50%
  2. 50%
  3. 50%
  4. 55%

6.

 

  1. 50%
  2. 55%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 2

  1. 50%
  2. 45%

7.

 

  1. 68%

 

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 30%

8.

 

  1. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 40%

9.

 

  1. 65%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 35%

10.

gagal

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: gagal

11.

 

  1. 80%

 

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 20%

12.

 

  1. 65%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 35%

13.

 

  1. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 40%

14.

 

  1. 75%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 25%

15.

 

  1. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 40%

16.

 

  1. 80%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 20%

17.

 

  1. 50%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 50%

18.

 

  1. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 40%

19.

 

 

20.

 

  1. 55%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 45%

21.

     1.   40%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1.  40%

22.

 

  1. 75%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 25%

23.

Gagal

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: –

24.

 

  1. 61%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 39%

25.

 

  1. 55%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 45%

26.

\

  1. 60%

Jumlah pipa kapiler yang disentrifugasi: 1

  1. 40%

 

Tabel 1. Nilai Hematokrit Ikan Mas (data kelas)

 

4.2. PEMBAHASAN

Dapat dilihat dari hasil tabel data kelas, ternyata praktikum perhitungan nilai hematokrit pada ikan cukup berhasil dapat dilihat dari data tersebut ada yanbg satu kelompok melakukan 4 kali sentrifukasi dan keempatnya itu berhasil. Namun ada juga yang gagal sama sekali, yaitu kelompok 10.

Gagalnya perhitungan hematokrit itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor itu salah satunya adalah saat melakukan sentrifugasi. Dimana saat sentrifugasi tersebut peletakan pipa kapiler tidak seimbang itu mengakibatkan pipa kapiler pecah. Selain itu pada saat pengisian darah ke pipa terjadi gelembung udara di pipa kapiler dan kurangnya pasokan darah yang harusnya diisi ¾ nyatanya kurang dari ¾ nya.

Dapat dilihat dari data ternyata perhitungan Hematokrit pada masing-masing kelompok itu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran ikan dan jenis kelamin pada ikan. Nilai hematokrit yang tinggi membuktikan bahwa keadaan ikan tersebut sehat. Sedangkan ikan dengan nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukan keadaan ikan yang tidak sehat, dapat dikatakan bahwa ikan tersebut mengalami anemia. Dapat dilihat dari data kelompok 1 pada pipa kapiler ke-1, kelompok 11, dan kelompok 16, dimana nilai hematokrit ikan sebesar 20%. Ini membuktikan bahwa ikan mengalami anemia karena nilai hematokrit kurang dari 22%.

Pada kelompok kami, yaitu kelompok 15, kami hanya dapat menghasilkan 1 pipa kapiler. Ini disebabkan kurangnya pasokan darah pada ikan kami, selain itu sebelum di jepit ternyata ikan sudah mengeluarkan banyak ikan. Pada awalnya kami melakukan sentrifugasi dengan menggunakan dua pipa kapiler. Namun pada pipa kapiler yang kedua pecah, ini disebabkan saat melakukan sentrifugasi tidak seimbangan. Pipa kapiler yang pertama kami menghasilkan nilai hematokrit sebesar 40%. Ini membuktikan bahwa ikan kami dalam keadaan sehat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

 

5.1. SIMPULAN

 

Perhitungan hematokrit pada ikan mas dilakukan dengan cara menampung darah di sinus venosus dan kemudian memasukannya ke dalam pipa kapiler untuk disentrifugasi. Hasil sentrifugasi dibaca dan % hematokrit pada ikan mas yang kami amati adalah sebanyak 40% dan plasma darahnya adalah sebanyak 60%.

Nilai hematokrit yang didapatkan oleh kelas A berkisar pada yang paling rendah adakah 20% dan yang paling tinggi adalah 55%. Hematokrit pada ikan dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya jumlah eritrosit, ukuran eritrosit dan bentuk eritrosit.

 

 

5.2. SARAN

 

Pada praktikum perhitungan nilai hematokrit kali ini, saran yang bisa kami sampaikan adalah ketika melakukan pembedahan ikan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan jangan sampai merusak organ dalam ikan. Selain itu ketika menusuk sinus venosus untuk mengeluarkan darah yang sudah tertampung harus dengan perlahan dan pipa harus sudah didekatkan dengan sinus venosus agar darang yang keluar bisa tertampung ke dapam pipa kapiler dan tidak berceceran.

Selain itu, ketika menggunakan alat sentrifugasi harus benar-benar teliti dalam menggunakannya, karena saat sentrifugasi banyak pipa kapiler yang malah pecah dan tidak tersentrifugasi.

 

 

 

 

DAFTAR ACUAN

 

Rahardjo, M.F. dkk. 2011. IKHTIOLOGI. Bandung: Lubuk Agung

http://labkesehatan.blogspot.com/2009/11/hematokrit_30.html

(diakses pada tanggal 8 November 2012)

http://aboutlabkes.wordpress.com/2012/01/30/hematokrit/

(diakses pada tanggal 8 November 2012)

Tinggalkan komentar